Senin, 28 Juli 2008

KESAKSIAN KESEMBUHAN DARI YOGYAKARTA

Tiga Bulan Setelah Diruwat, Dapat Grand Vitara

Peristiwa ini sungguh nyata dialami oleh adik keponakan saya Purwanto. Ia orangnya malu dan kurang percaya diri. Jodohnya sulit, hidup susah, rejeki seret, perasaannya sering was-was dan takut, dan dalam kurun waktu 3 tahun ini ibu dan kakaknya meninggal secara berurutan. Melihat kondisinya yang memprihatinkan, maka saya ajak menemui Kangmas Jeje dan diruwat di Paguyuban Tri Tunggal. Tiga bulan setelah diruwat, ia langsung dapat jodoh dan sedikit demi sedikit bisa menabung di Bank BRI. Tak disangka ketika ada undian tahap I Bank BRI, adik keponakan saya itu mendapat mobil Grand Vitara. Wah... hasil ruwatan Kangmas Jeje memang tokcer tenan. Matur nuwun Mas Jeje... (*)
Purwanto
Demen Wijimulyo Rt 37/17 Nanggulan Kulon Progo
081328888331 (Haryanto – adik)

Transfer Kambing, Kanker Otak Sembuh Total

Hampir setiap hari kepala rasanya pusing dan tak kunjung sembuh. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan saya positif menderita kanker otak. Dan menurut dokter jalan satu-satunya yang bisa ditempuh yaitu pengangkatan dengan jalan operasi. Dengan harapan sembuh dan mendapat perawatan intensif saya menjalani opname selama 10 hari. Akan tetapi semua usaha saya sia-sia sebab tak ada hasil.
Dari salah satu media massa, saya mengetahui keberadaan Paguyuban Tri Tunggal yang berada di Tambak Bayan. Di Paguyuban Tri Tunggal oleh Kangmas Jeje penyakit saya dipindahkan ke kambing. Hasilnya sangat mengejutkan! Setelah saya periksakan lagi ke dokter, dinyatakan sembuh total. Terima kasih Kangmas Jeje dan Paguyuban Tri Tunggal. (*)
Ny. Dasimin
Pendekan, Tirto Rahayu, Brosot
08157977708 (Tatik Suharsih - Saudara)

Kanker Rahim di Transfer Ke Kelinci

Tiga tahun yang lalu, Ibu saya merasakan sakit yang teramat sangat di bagian perutnya, diikuti dengan batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh. Setelah menjalani chek-up, diketahui terdapat kanker rahim dan diharuskan untuk segera operasi, sebab jika tidak segera diatasi maka kanker dipastikan semakin membesar dan berbahaya. Saat itu ibu sudah putus asa.
Dari sebuah surat kabar, saya membaca artikel dan kesaksian kesembuhan dari para mantan pasien Paguyuban Tri Tunggal. Tanpa membuang waktu, kami sekeluarga pun membawa Ibu ke Paguyuban Tri Tunggal.
Alhamdullillah setelah penyakit ibu ditransfer ke binatang oleh Kangmas Jeje, beliau merasakan kondisinya mulai membaik. Sesuai saran dari Kangmas Jeje kami pun membawa ibu untuk cek USG kembali. Syukurlah kanker rahim dinyatakan hilang dan ibu saya dinyatakan sembuh total oleh dokter.
Matur nuwun Kangmas Jeje yang telah menjadi lantaran bagi kesembuhan ibu saya. Semoga amal kebaikan Paguyuban Tri Tunggal mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. (*)
Ny. Ismiyati
Tegal Sari, Rt 02/Rw 03 Ds. Girikerto Kec.Turi Kab.Sleman
085868501008 ( Anggriani-Anak)
Kista Kandungan Sekepala Bayi

Terhitung satu tahun yang lalu, saya sudah tidak menstruasi lagi. Namun terkadang saya merasakan sakit yang luar biasa, perut membesar seperti orang hamil, napsu makan tidak ada, dan bila diisi sedikit saja sudah kenyang.
Bingung dengan keadaan seperti itu, saya memberanikan diri untuk chek-up ke dokter. Betapa kagetnya ketika divonis mengidap kista di kandungan yang sudah sebesar sekepala bayi.
Atas saran dari teman dan saudara, saya datang ke Paguyuban Tri Tunggal naungan Satguru Romo Sapto. Selain berkonsultasi tentang penyakit, saya juga berkonsultasi tentang masalah kehidupan keluarga. Dengan keyakinan kepada Allah SWT dan keinginan untuk sembuh yang besar, maka saya memutuskan untuk ikut ruwatan tersebut.
Alhasil, sekarang penyakit kista saya hilang, dan alhamdullillah masalah keluarga saya juga teratasi. Terima kasih Paguyuban Tri Tunggal. (*)
Ny. Wasini
Musikanan II/470, Rt 05/Rw 15,
Kal.Panembahan, Kec.Kraton, Yogyakarta.
081802710091

Pembekuan Darah DI Otak

Empat bulan yang lalu saya mengalami kecelakaan. Saya tidak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit. Oleh dokter didiagnosa terjadi pembekuan darah di otak. Langkah penyembuhan yang bisa diambil yaitu dengan operasi namun dengan catatan saya akan sadar satu minggu setelah operasi.
Mendengar pernyataan dokter, salah satu saudara pun lantas pergi ke Paguyuban Tri Tunggal dengan berbekal selembar foto. Beruntung sekali, di Paguyuban Tri Tunggal bisa bertemu langsung dengan Satguru Paguyuban Tri Tunggal Romo Sapto. Oleh beliau (Romo Sapto – red) saya diterapi jarak jauh dengan menggunakan selembar foto.
Sungguh mukjizat, dua hari setelahnya saya sadar 100 % dan mampu mengingat semua kejadian kecelakaan yang saya alami. Padahal menurut dokter proses kesadaran saya bisa memakan jangka waktu yang panjang. Terima kasih Satguru Romo Sapto. (*)
SEPRIA AKBAR (21)
Jl. A.M Sangaji 38 Cokrodiningratan Jetis Yogyakarta
081804007393

TRANSFER KELINCI TUNTASKAN GEJALA LIVER & GLUKOMA

Awalnya perut terasa kembung dan keras. Karena sakit sudah tidak tertahankan maka saya periksakan ke dokter. Oleh dokter divonis gejala liver dan glukoma. Takut dengan tarif di rumah sakit yang mencekik leher, saya pun berinisiatif untuk datang ke Paguyuban Tri Tunggal. Di Paguyuban Tri Tunggal, penyakit saya oleh Kangmas Jeje ditransfer ke seekor kelinci. Syukurlah dengan perantara penyembuhan ini, penyakit saya sembuh hingga sekarang. Matur nuwun Kangmas Jeje. (*)
JOYO SAPUTRO (43)
Kepuh GK III/871 Yogyakarta
081.804.300.909

Kanker Hati Sembuh Total

Pertama kali saya mengalami kejang-kejang dan keringatan. Oleh keluarga saya dilarikan ke rumah sakit. Alangkah kagetnya saya divonis menderita kanker hati, asam lambung dan ginjal. Dokter sudah angkat tangan dan dikatakan bahwa secara medis untuk penyakit kanker hati memang belum ada obatnya. Saya pun hanya bisa pasrah. Atas saran saudara saya dibawa ke Paguyuban Tri Tunggal dan penyakit saya oleh Mas Jeje ditransfer ke seekor kambing. Beberapa hari kemudian saya cek dokter kembali dan hasilnya dinyatakan sembuh total. Dokter terheran-heran melihatnya... Terima kasih Paguyuban Tri Tunggal khususnya kepada Satguru Romo Sapto dan Mas Jeje. (*)

Wandi (27)
Batusari Rt 04/03 17 Kledung Temanggung
085292010494

Positif Menderita Strouma Modusa

Tanggal 1 Juli 2007 saya merasakan tumbuh benjolan di leher. Setelah saya periksakan ke puskesmas dirujuk untuk ke rumah sakit. Saya pun melakukan pemeriksaan baik jantung, darah, USG teroid, dan AJH. Hasil yang didapat menyatakan positif menderita struma modusa. Meski disarankan operasi namun dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk ke Paguyuban Tri Tunggal dan bertemu dengan Mas Jeje. Usai dilakukan penyembuhan dengan transfer penyakit ke kambing, alhamdullillah benjolan hilang. Kami sekeluarga menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga selalu dalam lindungan Allah. Amien. (*)
Sri (45)
Gamplong IV Moyudan Sleman
081904113452

Jumat, 04 Juli 2008

TUJUH TAHUN CIDERA OTAK
Penderitaan Panjang Telah Berakhir
Pertolongan Allah itu Datang Melalui Tri Tunggal

RENY Iskandar, cewek 19 tahun asal Pekanbaru Riau ini, sejak kelas VI SD menderita kerusakan otak kiri. Ada cairan dan darah kotor serta pembuluh syaraf yang luka. Itu bermula dari peristiwa kecelakaan saat dia membonceng pamannya. Jatuh dan terpental dari sepeda motor.
“Saya sempat tak sadarkan diri selama satu setengah bulan. Malah, menurut keluarga, saya sempat koma dua hari. Menurut dokter, selama masa koma, bila tidak mengeluarkan darah dari lubang telinga, hidung atau muntah, berarti masih mungkin diselamatkan. Alhamdulillah, saat itu tidak terjadi pendarahan,” kata Reny membuka cerita.
Melewati masa koma, tetapi Reny masih juga tak sadarkan diri. Empat puluh lima hari keluarganya menunggu dengan penuh kecemasan. Setelah sadar pun, dia masih harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang cukup lama. “Saya di CT-scan. Menurut dokter, otak sebelah kiri mengalami kerusakan. Ada luka di syaraf kepala.Tulang tengkorak belakang dan depan, retak. Tidak mungkin dilakukan operasi. Kans sembuhnya hanya 20 persen. Dokter hanya bisa memberi obat penghilang rasa sakit dan nyeri,” tambahnya.
Obat yang diberikan cukup banyak. Ada 30 jenis obat yang harus diminum gadis berkulit putih ini setiap hari. Padahal, jelas, obat-obat tersebut sangat mahal. Dan, tiap bulan Reny harus periksa ke rumah sakit.
Sampai empat tahun pengobatan di sebuah rumah sakit di Pekanbari itu dijalani. Mendengar di Padang ada dokter ahjli bedah syaraf, keluarganya pun membawa Reny terbang ke Padang. Lagi-lagi, setelah di CT-Scan, dokter ahli bedah syarat itu angkat tangan. Malah, ditemukan penyakit baru, berupa gangguan ginjal, osteoporosis dan asam urat, efek dari obat-obat yang dikonsumsinya tiap hari. “Penderitaan saya tambah berat. Obat yang saya minum pun bertambah. Sekali telan, 35 butir pil,” katanya.
Beban keluarganya semakin berat. Apalagi dokter ahli bedah syaraf tersebut menjelaskan, tidak mungkin penyakit Reny disembuhkan. Bisanya hanya diberi obat penenang dan penghilang rasa sakit.
Meski sudah divonis dokter, di tengah rasa putus asa, keluarga Reny terus berikhtiar mencari kesembuhan puteri kesayangannya itu. Apalagi, mulai tahun ke enam sejak peristiwa kecelakaan, kondisi gadis kelahiran 30 Oktober 1985 ini kian mengkhawatirkan. “Setiap hari saya kejang dan pingsan. Padahal, kejang dan pingsannya bisa satu jam lebih. Bayangkan, betapa tersiksanya. Setiap kali kejang, kepala rasanya sakit sekali,” akunya.
Sekolahnya pun bisa dibilang berantakan. Sehari masuk, sehari absen. Malah, dia mendapat dispensasi tidak ikut pelajaran olahraga. Sebab, kalau kecapaian, bisa dipastikan langsung kejang dan pingsan. Tidak hanya itu. Bila kena udara dingin atau AC mobil, pasti sakitnya langsung kambuh.
Lalu keluarganya mencoba membawa Reny berobat ke Yogya. Berobat dan opname di rumah sakit. Sudah mencoba di tiga rumah sakit besar di Yogya. Tapi hasilnya masih nihil. Malah, keluarganya semakin putus asa. Ada keputusan, sebaiknya Reny dibawa pulang ke Riau. Dengan alasan jika sewaktu-waktu terjadi apa-apa, bisa dekat dengan keluarga.
Padahal selama di Yogya, selain berobat medis, Reny juga mencoba terapi alternatif di dua tempat. Tapi, hasilnya tetap masih nol.
“Untung, saat saya opname, ada teman menjenguk. Dia cerita, neneknya pernah sakit keras dan sembuh setelah diterapi di tempat Satguru Sabdo langit IV Paguyuban Tri Tunggal (red mas sapto). Semula saya sendiri tidak yakin. Tetapi, teman saya itu terus membujuk agar mencoba,” tambah Reny.
Pertengahan Agustus 2004, Reny mulai terapi di Tri Tunggal. Pertama kali ditangani Mas Jeje. Disarankan transfer kambing hari itu juga. Setelah prosesi transfer dijalani, selang dua hari, Reny datang lagi bersama ibunya ke Tri Tunggal. “Setelah ditransfer, Satguru Sapto menjelaskan, setelah transfer akan terasa rasa sakit yang luar biasa karena perlu adanya penggeseran posisi syaraf otak dan regenerasi jaringan sel otak, hal tersebutr bagian dari proses penyembuhan gaib,” kenangnya.
Kebetulan, saat itu Reny merasa akan kambuh. Lalu disarankan agar perasaan tersebut dihilangkan dan meredam rasa sakit yang datang dengan meditasi. “Saya dilatih meditasi sekaligus diterapi dengan transfer energi gaib. Sungguh ajaib, rasa sakit perlahan hilang. Malah, setelah seminggu rutin latihan meditasi dan terapi di Tri Tunggal, rasa sakit itu hilang. Bahkan sudah tidak pernah kejang. Sekarang, saya merasa enak dan tidak merasa cepat capai. Tidak hanya itu, saya sudah bebas obat. Tidak pernah lagi menelan sebutir pun pil. Padahal, selama ini setiap hari harus minum puluhan butir obat,” katanya penuh syukur.
Kesembuhan Reny di Tri Tunggal, membuat keluarganya di Riau setengah tidak percaya. Apa mungkin dia bisa sembuh. “Saya sendiri merasa ini suatu keajaiban. Setelah berjuang lama mempertahankan hidup dan melawan vonis dokter, ternyata Allah masih memberi pertolongan melalui Mas Sapto dan Tri Tunggal,” ucapnya serius.
Merasa dirinya sudah sehat, Reny mencoba menguji kemampuan fisiknya dengan bepergian ke luar kota. Ke Surabaya, Jember dan Malang. Alhamdulillah kuat. Padahal, dulu dia tidak mungkin kuat melakukan perjalanan sejauh itu. “Malah sekarang saya sudah bisa dan kuat naik motor sendiri. Dulu, diboncengkan pun, saya langsung kambuh dan kejang,” ungkapnya.Merasa pertolongan Allah datang lewat Tri Tunggal, kini Reny berlatih ilmu olah penyembuhan ala Tri Tunggal. Tiap hari, dia tekun latihan meditasi, bahkan berani kungkum tengah malam. Bagi pembaca yang ingin mendengar langsung kisah Reny, bisa langsung menghubungi

Selasa, 01 Juli 2008

Antara Hidup-Mati
Melawan Kanker Otak
“Sungguh, yang saya rasakan ketika itu seakan sudah mendekati pintu kematian,” kenang Untung Waluyo Jati (57) mengingat derita yang dialaminya.
Derita itu diawali ketika tahun 2002 lalu dirinya merasa tidak enak badan. Kepala terasa pusing tak berkesudahan dan seluruh tubuh pegal-pegal. Dikiranya hanya sakit biasa, pijat dan puyer (sejenis obat berupa serbuk penghilang sakit kepala-red) pun menjadi santapannya.
“Dulu habis tiga sampai empat bungkus puyer setiap hari,” ujar bapak 3 putra itu. Setelah jalan beberapa waktu, sakitnya tetap saja terasa. Suatu hari, dari kedua lubang hidungnya keluar darah segar. Yang membuatnya sedikit merinding, darah yang keluar itu kental memanjang hingga 5 sentimeter.
Buru-buru keluarga warga Desa Cepor Rt.04/Rw.02, Sendang Tirto, Berbah, Sleman, DIY itu membawanya ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dokter yang memeriksanya ketika itu menyatakan bahwa darah yang keluar itu hanyalah mimisan biasa.
Sesudah dirasa tidak ada lagi gangguan pada hidungnya, Untung kembali melakukan aktivitas sehari-harinya. Hingga pada suatu saat terasa ada gangguan lain dari panca inderanya. Kini, yang dirasakan pada kedua bola matanya mengalami gangguan penglihatan. Apa yang ditangkap oleh matanya tampak dobel, seolah-olah ada dua obyek yang dilihatnya.
Lantas ia pun memeriksakannya ke dokter. Kali ini RS Dr. Sardjito, Yogyakarta yang menjadi pilihannya. Dokter mata yang memeriksanya menyatakan tidak ada gangguan apapun pada penglihatannya. Dirujuklah ia ke dokter spesialis syaraf. Setelah menjalani pemeriksaan ternyata juga tidak ditemukan kelainan apa-apa.
“Saya ini sakit. Kok dibilang nggak ada apa-apa,” batinnya keheranan ketika itu. Sementara rasa sakit masih saja ia rasakan, upaya berobat tetap dijalaninya dengan penuh kesabaran.
Hingga pada akhirnya terungkap sudah apa yang menjadi sumber derita sakit yang dialaminya selama ini. Ketika dokter spesialis THT di RS Dr. Sardjito menyarankannya menjalani test USG (ultrasonography) apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya segera diketahui.
Dari hasil USG itu tampak terdapat benjolan di kepala bagian belakangnya. Dokter mengatakan benjolan itu adalah kanker otak. Langkah pengobatan medis mengharuskannya menjalani kemoterapi hingga beberapa paket untuk membunuh sel kanker yang ada pada tubuhnya.
Satu paket mengharuskannya menjalani kemoterapi sebanyak 5 kali. “Jadi, dulu tiap hari saya ke rumah sakit untuk di kemoterapi karena untuk rawat inap biayanya akan tambah banyak,” ujar pegawai kecamatan ini polos.
Sampai hari ke-3, ketika sampai di rumah tiba-tiba badannya terasa lemas hingga tak sadarkan diri. Segera ia dilarikan ke unit ICU RS Dr. Sardjito. Setelah menjalani perawatan, kembali ia dibawa pulang. Setiba di rumah kembali dirinya pingsan hingga sebanyak 5 kali berturutan.
Pihak keluarga dan tetangga Untung kalang-kabut dibuatnya. “Perasaan saya sudah antara hidup dan mati, Mas. Saya sudah pasrah pada Allah ketika itu,” ujarnya berbinar-binar. Harapan akan kembali hidup sehat seolah sangat tipis. Pasalnya, dokter yang memeriksanya menyatakan sudah angkat tangan sebab penyakit yang dideritanya tergolong penyakit berat.
Seluruh keluarga dekatnya dan para tetangga bergantian menunggui di rumahnya. Siang malam mereka juga turut mendoakannya agar mendapatkan jalan kesembuhan.
Ternyata benar, Allah memberikan petunjuk-Nya. Melalui salah satu kerabatnya disarankannya untuk datang ke Paguyuban Tri Tunggal. Singkat cerita, ia menanggapi positif saran itu. Beruntung sekali, Untung ketika itu langsung bisa bertemu dengan Sat Guru DR. Sapto Raharjo, S.IP.
Sembari menerapi Untung, Sat Guru menggunakan kesempatan itu untuk memberikan kawruh penanganan penyakit kanker kepada murid-muridnya.
Sekali ditangani Sat Guru, Untung langsung merasakan perubahan, rasa sakitnya berangsur sirna. Badannya tiba-tiba terasa lebih segar.
Guna lebih mengoptimalkan penyembuhan, ia lantas disarankan untuk transfer penyakit ke tubuh binatang. Proses transfer selesai, binatang itu disembelih, terlihat organ/jerohan binatang itu rusak. Ini berarti sari-sari penyakit yang ada di tubuhnya telah ditarik dan dipindahkan ke tubuh binatang itu. “Pada saat jerohan itu dilarung, seperti ada yang keluar dari tubuh saya. Sakit saya terasa makin berkurang,” kisahnya.
Sekarang ia bisa kembali menjalani kehidupannya dengan suka-cita setelah bertarung melawan ganasnya sel kanker yang bersarang di otaknya itu. Perjuangannya untuk mendapatkan kesembuhan tidak sia-sia.
“Saya merasa bersyukur bisa kenal Paguyuban Tri Tunggal. Terlebih kepada Pak Sapto. Meski pertama-tama saya tidak begitu yakin dengan cara penyembuhannya yang penuh gojekan. Namun nyatanya saya bisa sembuh dan ternyata gayanya yang seperti itu memang salah satu metodenya agar pasien tidak tambah stres dengan penyakitnya,” ujarnya ketika ditemui di rumahnya Sabtu (9/2) lalu.
Tidak ketinggalan, bapak seorang anggota Gegana Polri ini juga menghaturkan terima kasih atas apa yang dilakukan oleh Sat Guru beserta murid-murid Paguyuban Tri Tunggal dalam upaya menghalau bencana di Yogyakarta.
“Semoga langkah-langkah Pak Sapto untuk menebarkan budi luhur selalu mendapat bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya menutup perbincangan. (*)